Rabu, 17 Oktober 2012

Profil Ir.H. Juanda


Ir. H. Djuanda lahir di Tasikmalaya pada tanggal 14 Januari 1911. Beliau merupakan anak pertama pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat, ayahnya seorang Mantri Guru pada Hollandsch Inlansdsch School(HIS). Pendidikan sekolah dasar diselesaikannya di HIS dan kemudian beliau pindah ke sekolah untuk anak orang Eropa Europesche Lagere School (ELS), dan tamat tahun pada 1924.
Kemudian beliau melanjutkan ke sekolah menengah khusus orang Eropa yaitu Hogere Burger School (HBS) di Bandung, dan lulus tahun 1929. Pada tahun yang sama Djuanda masuk ke sekolah Tinggi Teknik (Technische Hooge School) di Bandung, yang sekarang bernama Institut Teknologi Bandung (ITB), mengambil jurusan teknik sipil dan lulus tahun 1933.
Setelah lulus kuliah beliau memilih mengajar di SMA Muhammadiyah di Jakarta dengan gaji seadanya. Padahal, kala itu dia ditawari menjadi asisten dosen di Technische Hogeschool dengan gaji lebih besar. Setelah empat tahun mengajar di SMA Muhammadiyah Jakarta, pada 1937, Djuanda mengabdi dalam dinas pemerintah di Jawatan Irigasi Jawa Barat. Selain itu, Djuanda juga aktif sebagai anggota Dewan Daerah Jakarta.
Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, tepatnya pada 28 September 1945, Djuanda memimpin para pemuda mengambil-alih Jawatan Kereta Api dari Jepang. Disusul pengambil-alihan Jawatan Pertambangan, Kotapraja, Keresidenan dan obyek-obyek militer di Gudang Utara Bandung. Kemudian pemerintah RI mengangkat Djuanda sebagai Kepala Jawatan Kereta Api untuk wilayah Jawa dan Madura. Setelah itu, Djuanda diangkat menjabat Menteri Perhubungan. Djuanda pun pernah menjabat Menteri Pengairan, Kemakmuran, Keuangan dan Pertahanan. 
Djuanda oleh kalangan pers dijuluki ‘menteri marathon’ karena sejak awal kemerdekaan (1946) sudah menjabat sebagai menteri muda perhubungan sampai menjadi Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan (1957-1959) sampai menjadi Menteri Pertama pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1963). Sehingga dari tahun 1946 sampai meninggalnya tahun 1963, beliau menjabat sekali sebagai menteri muda, 14 kali sebagai menteri, dan sekali menjabat Perdana Menteri.
Sumbangannya yang terbesar dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Pada tanggal 23 Mei 1952 beliau mendapatkan Penghargaan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama lapangan terbang di Surabaya, Jawa Timur yaitu Bandara Djuanda karena jasanya dalam memperjuangkan pembangunan lapangan terbang tersebut sehingga dapat terlaksana.

2 komentar:

inilah contoh pahlawan yang harus kita teladani :)

iya kak, terimakasih kunjungannya...

Posting Komentar