Rabu, 24 Oktober 2012

OS BlankOn Banyumas Bukti Karakter Banyumas yang Kesatria


Kemunculan BlankOn Banyumas menjawab tiga persoalan penting di Banyumas, yaitu mengurangi pembajakan piranti lunak, penghematan belanja, dan kemandirian teknologi.
Demikian pendapat Direktur Politeknik Pratama, Djati Kusumo Widjoyo, dalam peluncuran sistem operasi BlankOn Banyumas di Pendopo Wakil Bupati Banyumas (17/8). Acara ini dihadiri oleh beragam kalangan dari budayawan, kepala desa, akademisi, guru, pelajar, blogger, pegiat buruh migran, pers, dan praktisi teknologi informasi.
Pertama, sebagian besar pengguna komputer di Banyumas menggunakan piranti lunak bajakan/curian. secara hukum, perbuatan itu dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Selain itu, pembajakan sendiri bukan karakter warga Banyumas yang menjunjung tinggi watak kesatria.
“Kita mendapat ranking pembajak nomor dua sedunia. Ironisnya, pembajakan software ini dilakukan oleh pemerintah, penegak hukum, akademisi, mahasiswa/pelajar, dan warga. Lama-kelamaan, tindak pencurian dan korupsi dianggap biasa. Apa ini yang dinamakan kota satria? Bahaya kan!” tegas Djati.
Kedua, memangkas dana belanja piranti lunak. Bagi Djati, pengguna komputer di Banyumas sudah di atas 20.000 pengguna. Bila mereka taat hukum maka belanja sistem operasi bisa mencapai 2 milyar rupiah. Bila komputer digunakan sekadar keperluan kantoran (mengetik, olah data, dan presentasi) maka ada 4-5 milyar untuk belanja aplikasi office.
Bila menggunakan OS BlankOn Banyumas dana itu bisa dialihkan untuk keperluan yang lebih penting seperti pendidikan, pengentasan kemiskinan, dan pemberdayaan masyarakat. Pengalokasian dana untuk keperluan tersebut menjadi ciri kesatria juga.
“Harga sistem operasi propertari sekitar 1 juta, aplikasi office bisa 2-3 juta. Sementara itu, BlankOn Banyumas bisa didapat gratisan, pengguna komputer sekadar mengganti ongkos pemaketan dan pengemasan sekitar 10 ribu. Ini bentuk penghematan anggaran yang luar biasa,” lanjutnya.
Ketiga, kemandirian teknologi. Lewat BlankOn Banyumas, warga Banyumas menunjukkan pada khalayak umum bahwa mereka mampu membangun kemandirian teknologi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya desa dan pengguna komputer yang sudah mempergunakan sistem operasi ini. Semangat kemandirian teknologi itu langkah maju bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di Banyumas.
“Kemandirian teknologi merupakan cita-cita para pendiri bangsa. Pengembangan BlankOn Banyumas jangan sampai berhenti, mari terus berinovasi,” pungkas Djati.



0 komentar:

Posting Komentar